Adat Jawa
Pernikahan Adat Jawa: Antara Tradisi dan Filosofi Hidup
Pernikahan dalam budaya Jawa bukan sekadar penyatuan dua insan dalam ikatan suci, tetapi merupakan manifestasi yang telah diwariskan turun – temurun, melainkan juga sebuah prosesi sakral yang sarat makna, nilai, dan filosofi hidup. Setiap tahapan dalam pernikahan adat Jawa memiliki simbolisme yang dalam, mencerminkan pandangan hidup masyarakat Jawa yang menjunjung tinggi harmoni, keselarasan, serta penghormatan terhadap leluhur dan alam.
Warisan Tradisi yang Tetap Hidup
Pernikahan adat Jawa dikenal dengan prosesi yang panjang dan penuh ritual. Beberapa tahapan penting dalam pernikahan adat Jawa antara lain:
- Peminangan (Nyantri atau Nontoni)
Merupakan proses awal di mana pihak laki-laki menyatakan niat untuk meminang perempuan. Ini dilakukan dengan tata krama yang sopan, menunjukkan etika dan adab yang tinggi dalam hubungan antar keluarga. - Siraman
Prosesi Siraman dilakukan sehari sebelum pernikahan, di mana calon pengantin disiram dengan air yang telah diberkahi oleh tujuh orang yang dianggap sebagai orang tua. Air tersebut biasanya berasal dari tujuh sumber air berbeda. Dengan disiram, calon pengantin dianggap telah bersih dari dosa-dosa masa lalunya dan siap memasuki kehidupan baru sebagai pasangan suami istri. - Midodareni
Midodareni merupakan malam sebelum pernikahan di mana calon pengantin wanita ditemani oleh kerabat perempuannya, menanti kedatangan pengantin pria beserta rombongannya untuk memberikan seserahan. Prosesi ini melambangkan penghormatan dan permohonan restu kepada keluarga pengantin wanita. Di era modern, Midodareni sering kali diisi dengan acara-acara kecil seperti pembacaan doa bersama atau pertunjukan musik, namun tetap mempertahankan esensi tradisional dari ritual tersebut. - Ijab Qabul dan Panggih
Ijab qabul dilakukan secara Islam, sedangkan upacara panggih merupakan puncak dari prosesi adat, di mana kedua pengantin dipertemukan secara simbolis dan menjalani berbagai ritual seperti balangan suruh, wijikan, hingga sungkeman.
5. Kembar Mayang: Simbol Kehidupan Baru
Kembar Mayang adalah hiasan yang terdiri dari janur dan daun yang dirangkai dengan bunga potro menggolo dan bunga pudak. Hiasan tersebut dibentuk dengan menggunakan batang pisang sebagai alat pendukung elemen yang digunakan untuk merakit Kembar Mayang. Bentuk Kembar Mayang termasuk seni dekorasi dalam adat pernikahan Jawa. Kembar Mayang melambangkan mekarnya bunga pinang, yang berarti mengantarkan seseorang pada kehidupan baru di dalam masyarakat sehingga diharapkan orang yang bersangkutan dapat berbakti kepada masyarakat
Simbol dan Filosofi dalam Setiap Tahapan
Di balik setiap prosesi, tersimpan nilai filosofis yang mendalam. Misalnya, pada saat balangan suruh (saling melempar daun sirih), pasangan pengantin diajak untuk belajar menghadapi perbedaan dengan cara yang elegan dan penuh cinta. Sungkeman kepada orang tua menjadi lambang bakti dan penghormatan kepada orang yang telah membesarkan mereka.
Filosofi Jawa yang kuat dalam pernikahan adalah prinsip rukun, sakinah, mawaddah, warahmah. Kehidupan pernikahan diharapkan menjadi ladang pembelajaran akan kesabaran, pengertian, serta kerja sama sebagai mitra seumur hidup.
Relevansi dalam Kehidupan Modern
Meski zaman terus berubah, per nikahan adat Jawa tetap relevan. Banyak pasangan muda memilih untuk tetap melibatkan unsur tradisional dalam pernikahan mereka, sebagai bentuk penghargaan terhadap budaya leluhur dan upaya menjaga jati diri di tengah arus modernisasi.
Dalam konteks ini, tradisi bukan sekadar warisan, tetapi juga jembatan antara masa lalu dan masa depan—mengajarkan bahwa cinta dan komitmen bukan hanya tentang dua hati yang bersatu, tapi juga tentang menghargai nilai, keluarga, dan sejarah.
source gambar :
Sumber :